KESESATAN
Definisi = Kesalahan pemikiran dalam logika, bukan kesalahan fakta, tetapi kesalahan atas kesimpulan karena penalaran yang tidak sehat.
Kesalahan fakta: P residen AS Barack Obama lahir di Indonesia. Ahmad lahir dengan bintang gemini, maka hidupnya penuh dengan persoalan.
Kesalahan Penalaran -> Klasifikasi = Kesesatan formal dan Kesesatan informal.
- Kesesatan formal : pelanggaran terhadap kaidah logika.
- Kesesatan informal : menyangkut kesesatan dalam bahasa.
1. Amfiboli = Kesesatan karena struktur kalimat bercabang. Misalnya : Anto Anak Bu Lasma yang hilang ingatan lari dari rumah.
2. Aksen / Prosodi = Kesesatan karena penekanan yang salah dalam pembicaraan. Misalnya : Ada aturan "Anda tidak boleh ganggu anak tetangga", Nah Pak Budi bukan tetangga anda. Maka anda boleh menganggu.
3. Kesesatan bentuk pembicaraan = Sesat krn org menyimpulkan kesamaan konstruksi juga berlaku bagi yang lain. Misalnya : Berpakaian artinya memakai pakaian. Bersepeda artinya memakai sepeda. Maka, beristeri artinya memakai isteri.
4. Aksiden: Yang aksidental dikacaukan dg hal yang hakiki. Misalnya : Sawo matang adalah warna.
Org Indonesia itu sawo matang. Maka, Org Indonesia itu adalah warna.
5. Kesesatan krn alasan yg salah: Konklusi ditarik dr premis yg tak relevan.
Kesesatan Presumsi
Generalisasi
tergesa-gesa:
Orang Padang pandai
memasak.
1. Non
sequitur (belum tentu) =
Memang
saya tidak lulus karena beberapa hari yang lalu saya berdebat denga dosen
tersebut.
2. Analogi
palsu =
Membuat isteri bahagia
seperti membuat hewan piaraan bahagia dengan membelai kepalanya dan memberi
banyak makan.
3. Penalaran
melingkar (Petitio Principii) =
Manusia merdeka krn ia bertanggungjawab
dan ia bertanggungjawab krn ia merdeka.
4. Deduksi
cacat =
Barangsiapa sering
memberi sumbangan, maka dia pasti org baik. Andi pasti orang baik.
5. Pikiran
simplistik =
Karena ia tidak
beragama, maka ia pasti tidak bermoral.
Menghindari Persoalan
Ø Argumentum
ad hominem : Jangan percaya omongannya krn ia bekas narapidana.
Ø Argumentum
ad populum : Anda lihat banyak ketidakadilan dan korupsi, maka Partai Nasdem adalah
partai masa depan kita
Ø Argumentum
ad misericordiam : Seorang terdakwa meminta keringanan hukuman
karena mengaku punya banyak tanggungan.
Ø Argumentum
ad baculum : Karena beda pendapat, suka meneror orang lain.
Ø Argumentum
ad auctoritatem : Mengutip pendapat Freud mengenai
psikoanalisa.
Ø Argumentum
ad ignorantiam : Bila tidak bisa dibuktikan bahwa Tuhan itu ada, maka Tuhan tidak ada.
Ø Argumen
utk keuntungan seseorang : Seorang pengusaha berjanji mau membiayai
kuliah, bila mahasiswi mau dijadikan isteri.
Ø Non
causa pro causa : Orang sakit perut setelah menghapus sms
berantai, maka dia menganggap itu sebagai penyebabnya.
Kesesatan Retoris
a) Eufemisme/disfemisme
: Pembangkang yang dianggap benar
disebut reformator. Bila tidak disenangai maka disebut anggota pemberontak.
b) Penjelasan
retorik: Dia tidak lulus karena tidak
teliti mengerjakan soal.
c) Stereotipe
: Orang Jawa penyabar. Orang Batak
suka menyanyi.
d) Innuendo
: Saya tidak mengatakan makanan tidak
enak, tapi mau mengatakan lukisan itu bagus.
e) Loading
question : Apakah Anda masih tetap
merokok?
f) Weaseler
: Tiga dari empat dokter menyarankan
bahwa minum itu memperlancar pencernaan.
g) Downplay
: Jangan anggap serius omongannya karena
dia hanya buruh bangunan.
h) Lelucon/sindiran
i)
Hiperbola : membesarbesarkan.
j)
Pengandaian bukti : studi menunjukkan.
k) Dilema
semu : Tamu yg menolak kopi, langsung disuguhi sirup.
SILOGISME
Silogisme = suatu simpulan dimana
dari dua putusan (premis2) disimpulkan suatu putusan yg baru. Prinsip: bila
premis benar, maka simpulannya benar.
Dua macam silogisme: Silogisme
Kategoris dan Silogisme Hipotetis.
SILOGISME KATEGORIS
Arti : silogisme yg premis dan
simpulannya adalah putusan kategoris (pernyataan tanpa syarat).
Contoh: M – P Perbuatan jahat itu haram.
S – M Menghina itu
adalah perbuatan jahat.
S – P Maka, menghina itu haram.
= Bila penalaran baik, silogisme
memperlihatkan alasan dan dasarnya.
• Silogisme
kategoris tunggal : Mempunyai dua premis, terdiri atas 3 term S, P, M.
• Bentuk-bentuk
silogisme kategoris tunggal:
-
M adalah S dalam premis mayor dan P dalam permis
minor. Aturan : Premis minor harus sebagai penegasan, sedang premis mayor
bersifat umum.
Misalnya : M – P
Setiap manusia dpt mati (mayor)
S –
M Aristoteles adalah manusia (minor)
S – P Jadi, Aristoteles dpt mati
(simpulan)
-
M jadi P dalam premis mayor dan minor. Aturan : Salah satu premis harus negatif. Premis mayor
bersifat umum.
Misalnya : P – M Lingkaran adalah bentuk bundar (mayor)
S
– M Segitiga bukan bentuk bundar (minor)
S
– P Segitiga bukan lingkaran (simpulan)
-
M menjadi S dalam premis mayor dan minor. Aturan
: Premis minor harus berupa penegasan
dan simpulannya bersifat partikular.
Misalnya : M-P Mahasiswa itu org dg tugas belajar (Mayor)
M-S Ada mahasiswa yg org bodoh (minor)
S-P Jadi, sebagian org bodoh itu org dg tugas
belajar (Simpulan)
-
M adalah P dlm premis mayor dan S dlm premis
minor. Aturan: premis minor hrs berupa penegasan, sedangkan Simpulan bersifat partikular.
Misalnya
: P – M Influenza itu penyakit (mayor)
M- S Semua penyakit mengganggu kesehatan
(minor)
S-P
Jadi, sebagian yg mengganggu kesehatan itu influenza (simpulan)
SILOGISME KATEGORIS MAJEMUK
• Arti
: bentuk silogisme yang premis-premisnya sangat lengkap, lebih dari tiga
premis. Jenis-jenisnya:
a. Epicherema:
silogisme yg salah satu/kedua premisnya disertai alasan.
Contoh : Semua arloji bermutu adalah arloji mahal, krn sukar pembuatannya.
Arloji Mido itu
adalah arloji baik, krn selalu tepat dan awet.
Jadi, arloji Mido
adalah arloji mahal.
b. Enthymema : Silogisme yang dalam
penalarannya tidak mengemukakan semua premis secara eksplisit. Salah satu
premis/simpulannya dilampaui, disebut juga silogisme yang disingkat. Misalnya: Jiwa manusia adalah rohani. Jadi, tidak akan
mati (versi singkat).
Contoh : Versi lengkap: Yg rohani itu tdk akan dpt mati.
Jiwa manusia
adalah rohani.
Maka, jiwa manusia
tdk akan dpt mati.
c. Polisilogisme: Deretan silogisme
dimana simpulan silogisme yang satu menjadi premis untuk silogisme yang
lainnya.
Contoh : Seseorg yg menginginkan lebih dr yg dimiliki, merasa tdk puas.
Seorang yang rakus adalah seseorg yg menginginkan lebih dr yg dimiliki. Jadi,
seorg yg rakus merasa tdk puas.
Seorg yg kikir merasa tdk puas. Budi adalah seorg yg kikir.
Jadi, Budi merasa tidak puas.
d. Sorites : Silogisme yang
premisnya lebih dari dua. Putusan-putusan itu dihubungkan satu sama lain
sedemikian, sehingga predikat dari putusan yang satu jadi subjek putusan
berikutnya.
Orang yg tidak mengendalikan keinginannya, menginginkan seribu satu
barang.
Org yg menginginkan seribu satu barang, banyak sekali kebutuhannya. Org
yg banyak sekali kebutuhannya, tdk tenteram hatinya. Jadi org yg tdk
mengendalikan keinginannya, tdk tenteram hatinnya.
Hukum Silogisme Kategoris
(tentang isi dan luas S dan P)
A. Silogisme tidak boleh mengandung
lebih dari tiga term (S, M, P). Kurang dari tiga berarti tidak ada silogisme.
Lebih dari tiga term artinya tidak ada perbandingan. Ketiga term tetap sama
artinya. Dalam silogisme S dan P disatukan oleh perbandingan masing2 dengan M.
B. M tidak boleh masuk dalam
kesimpulan, karena M berfungsi mengadakan perbandingan dengan term-term.
C. Term S dan P dalam simpulan tidak
boleh lebih luas dari premis-premisnya. Jika S dan P dalam premis partikular,
maka dalam simpulan tidak boleh universal. Bila dilanggar akan terjadi latius hos
(menarik simpulan yang terlalu luas). Misalnya: Semua lingkaran bulat. Nah, semua lingkaran itu gambar. Maka, Semua
gambar itu bulat. (Simpulan salah, mengapa? Bagaimana yang benar?)