Selasa, 23 September 2014

Etika dan Moral

ETIKA DAN MORAL
Halo guys saya kembali lagi nih menulis blog untuk kalian..

Arti :
ETIKA berasal dari bahasa Yunani yaitu “ETHOS” yang memiliki arti kebiasaan. Istilah Moral dan Etika sering diperlakukan sebagai dua istilah yang sinonim.
• Hal-hal yang perlu diperhatikan adanya suatu nuansa dalam konsep dan pengertian moral dan etika :Moral/Moralitas biasanya dikaitkan dengan sIstem nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia.
• Sebagai cabang filsafat, Etika sangat menekankan pendekatan yang kritis dalam melihat dan menggumuli nilai dan norma moral tersebut serta permasalahan-permasalahan yang timbul dalam kaitan dengan nilai dan norma-norma itu.
• Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujudnya dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok

Dua Macam Etika yang Berkaitan Dengan Nilai dan Norma :
- Etika Deskriptif : Berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan pola prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai.
Etika Deskriptif berbicara mengenai fakta apa adanya, yaitu mengenai nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas konkrit yang membudaya. Ia berbicara mengenai kenyataan penghayatan nilai, tanpa menilai, dalam suatu masyarakat, tentang sikap orang dalam menghadapi hidup ini, dan tentang kondisi-kondisi yang memungkinkan manusia bertindak secara etis.

Arti Moral :
a. Moral Secara Umum
- Moral adalah Norma (biasanya dirumuskan dalam bentuk perintah dan larangan ) untuk menata sikap bathin dan perilaku lahiriah.
- Moral dibagi menjadi dua: Moral filosofis dan moral teologis.
- Moral filosofis didasarkan pada penalaran akal budi dan pengamatan. Misalnya : moral pancasila.
- Moral teologis didasarkan pada wahyu atau kitab suci yang ditafsirkan oleh otoritas intansi agama yang bersangkutan.

b. Tujuan Mempelajari Etika
- Untuk menyamakan persepsi tentang penilaian perbuatan baik dan perbuatan buruk bagi setiap manusia dalam ruang dan waktu tertentu
- Sebagai ilmu, etika bersifat kritis dan metodis.

c. Berdasar Kajian Ilmu :
1. Etika Normatif = Mempelajari secara kritis dan metodis norma-norma yang ada, untuk dapat norma dasar yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka sebagai ilmu, etika bersifat kritis dan metodis.
2.Etika Fenomenologis = Mempelajari secara kritis dan metodis gejala-gejala moral seperti suara hati kesadaran moral, kebebasan, tanggung jawab, norma-norma, dan sebagainya.

Berdasar Jenisnya Etika :
1. Etika Deskriptif; Berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan pola prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai.
Domain Etika dalam Ranah Ilmu Pengetahuan :

ETIKA UMUM :

->Berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan.

ETIKA KHUSUS : 
->Merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. 

ETIKA KHUSUS dibagi lagi menjadi dua bagian :

• Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri.
• Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota umat manusia.

ETIKA PROFESI :
Etika Profesi adalah : Etika sosial yang menyangkut hubungan antar manusia dalam satu lingkup profesi dan masyarakat pengguna profesi tersebut. Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu :
Ciri-ciri Etika Profesi :

• Adanya pengetahuan khusus,
Biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
• Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi.
Hal ini biasanya setiap pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
• Mengabdi pada kepentingan masyarakat,
Artinya setiap pelaksana profesi harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
• Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi.
Setiap profesi akan selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untukmenjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
• Menjadi anggota dari suatu profesi.
Prinsip-prinsip Etika Profesi :

1. Tanggung jawab = Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada umumnya.
2. Keadilan = Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.

3. Otonomi = Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri kebebasan dalam menjalankan profesinya.


KODE ETIK

Arti = Norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja. 

Aliran Pemikiran Etika

-Hedonisme (Yunani = hedone: kenikmatan atau yang menyenangkan). Kebaikan manusia menurut kaum hedonis terletak dalam kenikmatan dan kesenangan yang menjadi tujuan hidup manusia.

-Egoisme: kesenangan dan kebaikan diri sendiri menjadi target usaha seseorang dan bukan kebaikan orang lain.

-Utilitarianisme: (Latin: uti, usus sum= menggunakan atau utilis= yang berguna). Ini merupakan bentuk hedonisme yang digeneralisir.

-Deontologisme (Yunani: deon+logos= ilmu tentang kewajiban moral). Adalah etika kewajiban yang didasarkan pada intuisi manusia tentang prinsip-prinsip moral
Tujuan Kode Etik :
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
8. Menentukan baku standarnya sendiri.

Etika merupakan cabang filsafat yang mengenakan refleksi dan metode tugas manusia dalam upaya menggali nilai-nilai moral, atau menerjemahkan pelbagai nilai itu ke dalam norma-norma, lalu menerapkannya pada situasi kehidupan konkret

Berdasarkan kajian ilmu:
- Etika Normatif: mempelajari secara kritis dan metodis norma-norma yang ada, untuk dapat norma dasar yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka sebagai ilmu, etika bersifat kritis dan metodis.
- Etika Fenomenologis: mempelajari secara kritis dan metodis gejala-gejala moral seperti suara hati kesadaran moral, kebebasan, tanggung jawab, norma-norma, dsb.

- Tujuan belajar etika yaitu:
= Untuk menyamakan persepsi tentang penilaian perbuatan baik dan perbuatan buruk bagi setiap manusia dalam ruang dan waktu tertentu
Sebagai ilmu, etika bersifat kritis dan metodis.
Sistematika etika
De Vos (1987)
ETIKA:
-Etika Deskriptif
1. Sejarah Kesusilaan
2. Fenomenologi Kesusilaan
-Etika Normatif
K. Bertens (1993):
ETIKA:
-Etika Deskriptif
-Etika Normatif
1. Etika Umum
2. Etika Khusus
-Metaetika
Etika Deskriptif
= Dalam etika deskriptif, etika membahas apa yang dipandangnya.Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas.
Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu dan kebudayaan atau subkultur tertentu, atau dalam suatu periode sejarah.

Fenomenologi Kesusilaan
Fenomenologi = fenomenon + logos
Fenomenon = sesuatu yang tampak, yang terlihat karena bercahaya (sering disebut
gejala)
Logos = uraian, percakapan
Fenomenologi: Uraian atau percakapan tentang fenomenon atau sesuatu yang sedang menampakkan diri, atau sesuatu yang sedang menggejala.

1. Etika normatif

Etika normatif tidak lagi berbicara tentang gejala-gejala, tetapi tentang apa yang seharusnya dilakukan. Dalam etika normatif, norma-norma dinilai dan sikap manusia ditentukan.

Etika normatif berbicara mengenai pelbagai norma yang menuntun tingkah laku manusia. Etika normatif memberikan penilaian dan himbauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-norma.

Metaeika = Meta (Yunani) = “melebihi”, “melampaui”, “setelah”, “di luar”, “tentang”.(metabahasa = bahasa yang dipakai dalam berbicara tentang bahasa).
Istilah metabahasa diciptakan untuk menunjukkan bahwa yang dibahas bukanlah moralitas secara langsung, melainkan ucapan-ucapan di bidang moralitas.
2. Etika umum -> mempertanyakan prinsip-prinsip dasar yang beraku bagi segenap tindakan manusia
3. Etika khusus -> mempertanyakan prinsip-prinsip dasar yang beraku bagi segenap tindakan manusia
Perbedaan Etika dan Moral
= Ada sedikit perbedaan dalam penggunaannya sehari-hari: moral/moralitas digunakan untuk perbuatan yang sedang dinilai; etika digunakan untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang ada.

Perbedaan etika dan etiket
-Etiket menyangkut “cara” suatu perbuatan harus dilakukan. Etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan; etika memberi norma tentang “perbuatan itu sendiri”.
-Etiket bersifat relatif; etika jauh lebih bersifat absolut

Perbedaan Etika dan Hukum
-Hukum lebih dikodifikasi daripada etika; etika tidak dikodifikasi.
-Hukum membatasi diri pada tingkah laku lahiriah saja; etika menyangkut juga sikap batin seseorang.
-Sanksi yang berkaitan dengan hukum berlainan dengan sanksi yang berkaitan dengan etika (sanksi hukum bisa dipaksakan, etika tidak bisa dipaksakan).
-Hukum didasarkan pada kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara; etika melebihi para individu dan masyarakat.
-Jika hukum memberikan putusan hukumnya perbuatan, etika memberikan penilaian baik buruknya.
-Etika ditujukan kepada manusia sebagai individu; hukum ditujukan kepada manusia sebagai makhluk sosial.

Perbedaan Etika dan Agama
-Etika sebagai cabang filsafat bertitik tolak pada akal pikiran, bukan agama. Etika mendasarkan diri hanya pada argumentasi rasional. Agama bertitik tolak dari wahyu Tuhan melalui Kitab Suci

Kesesatan (Fallacia) & Silogisme (Pertemuan kelima)

KESESATAN
Definisi = Kesalahan pemikiran dalam logika, bukan kesalahan fakta, tetapi kesalahan atas kesimpulan karena penalaran yang tidak sehat. 
Kesalahan fakta: P residen AS Barack Obama lahir di Indonesia. Ahmad lahir dengan bintang gemini, maka hidupnya penuh dengan persoalan. 
Kesalahan Penalaran -> Klasifikasi = Kesesatan formal dan Kesesatan informal.
  • Kesesatan formal : pelanggaran terhadap kaidah logika. 
  • Kesesatan informal : menyangkut kesesatan dalam bahasa.
1. Amfiboli = Kesesatan karena struktur kalimat bercabang. Misalnya : Anto Anak Bu Lasma yang hilang ingatan lari dari rumah.
2. Aksen / Prosodi = Kesesatan karena penekanan yang salah dalam pembicaraan. Misalnya : Ada aturan "Anda tidak boleh ganggu anak tetangga", Nah Pak Budi bukan tetangga anda. Maka anda boleh menganggu. 
3. Kesesatan bentuk pembicaraan = Sesat krn org menyimpulkan kesamaan konstruksi juga berlaku bagi yang lain. Misalnya :  Berpakaian artinya memakai pakaian. Bersepeda artinya memakai sepeda. Maka, beristeri artinya memakai isteri.

4. Aksiden: Yang aksidental dikacaukan dg hal yang hakiki. Misalnya :  Sawo matang adalah warna. Org Indonesia itu sawo matang. Maka, Org Indonesia itu adalah warna. 
5. Kesesatan krn alasan yg salah: Konklusi ditarik dr premis yg tak relevan.
 
Kesesatan Presumsi

Generalisasi tergesa-gesa: Orang Padang pandai memasak.
1. Non sequitur (belum tentu) = Memang saya tidak lulus karena beberapa hari yang lalu saya berdebat denga dosen tersebut.
2. Analogi palsu = Membuat isteri bahagia seperti membuat hewan piaraan bahagia dengan membelai kepalanya dan memberi banyak makan.
3. Penalaran melingkar (Petitio Principii) =  Manusia merdeka krn ia bertanggungjawab dan ia bertanggungjawab krn ia merdeka.
4. Deduksi cacat = Barangsiapa sering memberi sumbangan, maka dia pasti org baik. Andi pasti orang baik.
5. Pikiran simplistik = Karena ia tidak beragama, maka ia pasti tidak bermoral.

Menghindari Persoalan
Ø  Argumentum ad hominem :  Jangan percaya omongannya krn ia bekas narapidana.
Ø  Argumentum ad populum :  Anda lihat banyak ketidakadilan dan korupsi, maka Partai Nasdem adalah partai masa depan kita

Ø  Argumentum ad misericordiam :  Seorang terdakwa meminta keringanan hukuman karena mengaku punya banyak tanggungan. 

Ø  Argumentum ad baculum :  Karena beda pendapat, suka meneror orang lain.

Ø  Argumentum ad auctoritatem :  Mengutip pendapat Freud mengenai psikoanalisa.

Ø  Argumentum ad ignorantiam :  Bila tidak bisa dibuktikan bahwa Tuhan itu ada, maka Tuhan tidak ada.

Ø  Argumen utk keuntungan seseorang :  Seorang pengusaha berjanji mau membiayai kuliah, bila mahasiswi mau dijadikan isteri.

Ø  Non causa pro causa :  Orang sakit perut setelah menghapus sms berantai, maka dia menganggap itu sebagai penyebabnya.

Kesesatan Retoris
a)      Eufemisme/disfemisme : Pembangkang yang dianggap benar disebut reformator. Bila tidak disenangai maka disebut anggota pemberontak.

b)      Penjelasan retorik: Dia tidak lulus karena tidak teliti mengerjakan  soal.

c)       Stereotipe : Orang Jawa penyabar. Orang Batak suka menyanyi.

d)      Innuendo : Saya tidak mengatakan makanan tidak enak, tapi mau mengatakan lukisan itu bagus.

e)      Loading question : Apakah Anda masih tetap merokok?

f)       Weaseler : Tiga dari empat dokter menyarankan bahwa minum itu memperlancar pencernaan.

g)      Downplay : Jangan anggap serius omongannya karena dia hanya buruh bangunan.

h)      Lelucon/sindiran

i)        Hiperbola : membesarbesarkan.

j)        Pengandaian bukti : studi menunjukkan.

k)      Dilema semu : Tamu yg menolak kopi, langsung disuguhi sirup.

SILOGISME


Silogisme = suatu simpulan dimana dari dua putusan (premis2) disimpulkan suatu putusan yg baru. Prinsip: bila premis benar, maka simpulannya benar.
Dua macam silogisme: Silogisme Kategoris dan Silogisme Hipotetis.

SILOGISME KATEGORIS
Arti : silogisme yg premis dan simpulannya adalah putusan kategoris (pernyataan tanpa syarat).
Contoh: M – P  Perbuatan jahat itu haram.
             S – M Menghina itu adalah perbuatan jahat.
             S – P  Maka, menghina itu haram.
 = Bila penalaran baik, silogisme memperlihatkan alasan dan dasarnya.
       Silogisme kategoris tunggal : Mempunyai dua premis, terdiri atas 3 term S, P, M.
       Bentuk-bentuk silogisme kategoris tunggal:
-          M adalah S dalam premis mayor dan P dalam permis minor. Aturan : Premis minor harus sebagai penegasan, sedang premis mayor bersifat umum.
Misalnya :  M – P Setiap manusia dpt mati (mayor) 
                  S – M Aristoteles adalah manusia (minor) 
                  S – P Jadi, Aristoteles dpt mati (simpulan)
-          M jadi P dalam premis mayor dan minor. Aturan :  Salah satu premis harus negatif. Premis mayor bersifat umum.
Misalnya : P – M Lingkaran adalah bentuk bundar (mayor)
    S – M Segitiga bukan bentuk bundar (minor)
    S – P Segitiga bukan lingkaran (simpulan)
-          M menjadi S dalam premis mayor dan minor. Aturan : Premis minor harus berupa penegasan  dan simpulannya bersifat partikular.
Misalnya : M-P Mahasiswa itu org dg tugas belajar (Mayor)
                M-S Ada mahasiswa yg org bodoh (minor)
                S-P Jadi, sebagian org bodoh itu org dg tugas belajar (Simpulan)

-          M adalah P dlm premis mayor dan S dlm premis minor. Aturan: premis minor hrs berupa penegasan, sedangkan  Simpulan bersifat partikular.

Misalnya : P – M Influenza itu penyakit (mayor)
                            M- S Semua penyakit mengganggu kesehatan (minor)
                            S-P  Jadi, sebagian yg mengganggu kesehatan itu influenza (simpulan)

SILOGISME  KATEGORIS MAJEMUK
       Arti : bentuk silogisme yang premis-premisnya sangat lengkap, lebih dari tiga premis. Jenis-jenisnya:

a. Epicherema: silogisme yg salah satu/kedua premisnya disertai alasan.
Contoh : Semua arloji bermutu adalah arloji mahal, krn sukar pembuatannya.
                Arloji Mido itu adalah arloji baik, krn selalu tepat dan awet.
                 Jadi, arloji Mido adalah arloji mahal.

b. Enthymema : Silogisme yang dalam penalarannya tidak mengemukakan semua premis secara eksplisit. Salah satu premis/simpulannya dilampaui, disebut juga silogisme yang disingkat. Misalnya: Jiwa manusia adalah rohani. Jadi, tidak akan mati (versi singkat).
Contoh : Versi lengkap: Yg rohani itu tdk akan dpt mati.
              Jiwa manusia adalah rohani.
              Maka, jiwa manusia tdk akan dpt mati.

c. Polisilogisme: Deretan silogisme dimana simpulan silogisme yang satu menjadi premis untuk silogisme yang lainnya.
Contoh : Seseorg yg menginginkan lebih dr yg dimiliki, merasa tdk puas. Seorang yang rakus adalah seseorg yg menginginkan lebih dr yg dimiliki. Jadi, seorg yg rakus merasa tdk puas.
Seorg yg kikir merasa tdk puas. Budi adalah seorg yg kikir.
Jadi, Budi merasa tidak puas.
d. Sorites : Silogisme yang premisnya lebih dari dua. Putusan-putusan itu dihubungkan satu sama lain sedemikian, sehingga predikat dari putusan yang satu jadi subjek putusan berikutnya.
Orang yg tidak mengendalikan keinginannya, menginginkan seribu satu barang.
Org yg menginginkan seribu satu barang, banyak sekali kebutuhannya. Org yg banyak sekali kebutuhannya, tdk tenteram hatinya. Jadi org yg tdk mengendalikan keinginannya, tdk tenteram hatinnya.
 
Hukum Silogisme Kategoris (tentang isi dan luas S dan P)

A. Silogisme tidak boleh mengandung lebih dari tiga term (S, M, P). Kurang dari tiga berarti tidak ada silogisme. Lebih dari tiga term artinya tidak ada perbandingan. Ketiga term tetap sama artinya. Dalam silogisme S dan P disatukan oleh perbandingan masing2 dengan M.

B. M tidak boleh masuk dalam kesimpulan, karena M berfungsi mengadakan perbandingan dengan term-term.

C. Term S dan P dalam simpulan tidak boleh lebih luas dari premis-premisnya. Jika S dan P dalam premis partikular, maka dalam simpulan tidak boleh universal. Bila dilanggar akan terjadi latius hos (menarik simpulan yang terlalu luas). Misalnya: Semua lingkaran bulat. Nah, semua lingkaran itu gambar. Maka, Semua gambar itu bulat. (Simpulan salah, mengapa? Bagaimana yang benar?)

 

Konfirmasi, Inferensi & Konstruksi Teori (Pertemuan Keempat)

KONFIRMASI

 Confirmation (Inggris) : penegasan, memperkuat.
Berhubungan dengan filsafat ilmu, maka fungsi ilmu pengetahuan adalah menjelaskan, menegaskan, memperkuat apa yang didapat dari kenyataan/ fakta. Sifatnya lebih interpretatif dan memberi makna tentang sesuatu.
Ada 2 aspek dalam konfirmasi : Kuantitatif dan Kualitatif.
  • Konfirmasi Kuantitatif : untuk memastikan kebenaran, ilmu pengetahuan mengemukakan konfirmasi aspek kuantitatif. Misalnya : membuat penelitian dengan mengumpulkan sebnayak mungkin sampel, yang akhirnya membuat suatu kesimpulan yang bersifat umum (generalisasi)
  • Konfirmasi Kualitatif : ada kalanya ilmu pengetahuan membutuhkan konfirmasi kualitatif untuk menunjukkan kebenaran. Mungkin karena konfrimasi kuantiatif tidak bisa dilaksanakan, maka harus menjalankan konfirmasi kualitatif. Misalnya : dalam penelitian yang menjalankan model wawancara mendalam (depth interview)
CATATAN : 
  • Konfirmasi berupaya mencari hubungan yang normatif antara hipotesis (kesimpulan sementara) yang sudah diambil dengan fakta-fakta (evidensi). Misalnya hipotesis : besi bila dipanaskan akan memuai. Apakah ini sesuai dnegan fakta? Bila sesuai maka hipitesis meneguhkan (konfirmasi) ilmu pengetahuan tentang besi.
3 Jenis Konfirmasi :   
  1. Decision theory = kepastian berdasarkan keputusan "apakah hubungan antara hipotesis dengan fakta punya manfaat aktual'?
  2. Estimation theory = menetapkan kepastian dengan memberi peluang benar-salah melalui konsep probabilitas. Mislanya adalah statistik.
  3. Reliabillity theory = menetapkan kepastian dengan mencermati stabilitas fakta/ evidensi yang berubah-ubah terhadap hipotesis.
INFERENSI 
Inferensi memiliki arti penyimpulan. Penyimpulan diartikan sebagai proses membuat kesimpulan (conclution). Dengan demikian, inferensi dapat didefinisikan sebagai suatu proses penarikan konklusi dari satu atau lebih proposisi (keputusan).

Jenis Inferensi :  
  • Di dalam logika, proses penarikan konklusi dapat dilakukan melalui dua cara. Yakni cara deduktif dan induktid. Mengingat 2 cara tersebut kemudian dikenal istilah inferensi deduktif dan inferensi induktif. 
  • Inferensi Deduktif terbagi atas 2 jenis yaitu, inferensi Langsung dan Inferensi Tidak Langsung. Infersensi Tidak Langsung disebut juga sebagai Inferensi Silogistik.
A. Inferensi Langsung ialah penarikan kesimpulan hanya dari sebuah premis. Premis yaitu data, bukti, atau dasar pemikiran yang menjamin terbentuknya kesimpulan.
B. Inferensi Tidak Langsung ialah penarikan kesimpulan memakai 2 premis. Konklusi tidaklah umum dari pada premis-premisnya. Predikat konklusi diesbut term mayor, sedangkan subyek konklusi disebut term minor. Premis yang mengandung term mayor disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung term minor disebut premis minor.

Semua manusia adalah fana (term mayor)
Premis Mayor
Semua cendekiawan adalah manusia (term minor)
Premis Minor
Semua cendekiawan adalah fana
Konklusi
 Hukum Inferensi : 
- Kalau premis-premis benar, maka kesimpulan benar.
-Kalau premis-premis salah maka kesimpulan dapat salah, dapat kebetulan benar.
-Bila kesimpulan salah, maka premis-premis juga salah.
-Bila kesimpulan benar, maka premis-premisnya dapat benar, dapat juga salah.

KONSTRUKSI TEORI
KBBI = Pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan tentang suatu peristiwa.
Miarso = "Jendela" untuk mengamati gejala yang ada, dan berdasar data empiris berhasil dianalisis dan disintesiskan.

Bagaimana Teori Berkembang? 
  1. Animise : fase percaya pada mitos.
  2. Ilmu Empiris : tolak ukur ilmu paling sederhana adalah pengalaman, klasifikasi, penemuan hubungan-hubungan, perkiraan kebenaran.
  3. Ilmu Teoretis: gejala yang ditemukan dalam ilmu empiris diterangkan dengan kerangka pemikiran.
Konstruksi teori dibangun dengan : 1) Abstraksi generalisasi
                                                         2) Deduksi probabilistik dan deduksi apriori (spekulatif)

3 Model Konstruksi Teori :
  •  Model Korespondensi : kebenaran sesuatu dibuktikan dengan menemukan relevansinya dengan yang lain.
  • Model Koherensi : sesuatu dianggap benar bila sesuai dengan moral tertentu. Mementingkan kesesuaian antara kebenaran obyektif, rasioanal universal dan kebenaran moral atau nilai.
  • Model Paragdimatis : konsep kebenaran ditata menurut pola hubungan yang beragam, menyederhanakan yang kompleks.
Aliran dalam Konstruksi Teori :
  • Reduksionisme : teori itu suatu pernyataan yang abstrak, tidak dapat diamati secara empiris, dan tidak dapat diuji langsung.
  • Instrumentalisme : teori adalah instrumen bagi pernyataan observasi agar terarah dan terkonstruksi.
  • Realisme : teori dianggap benar bila real, secara substantif ada, bukan fiktif.  
CRITICAL THINKING
Berfikir kritis ialah meransionalisasi kehidupan manusia dan secara hati-hati mengamati atau memeriksa proses berpikir sebagai dasar untuk mengklarifikasi dan memperbaiki pemahaman kita tentang sesuatu (Chaffee, 1990)

Karakteristik Berfikir Kritis:
  • Rasional, reasonable, reflektif (berdasarkan alasan-alasan dan bukti-bukti, bukan atas dasar keinginan pribadi)
  • Otonomi (tidak mudah di manipulasi)
  • Melibatkan skeptis yang sehat  dan konstruktif (tidak menerima atau menolak ide-ide kecuali karena mengerti hal tersebut)
  • Adil (tidak bias atau berpihak)
  • Dapat dipercaya dan dilakukan.
5 Model Berpikir Kritis, yaitu:
  • Total Recall (Pemanggilan Total)
  • Habits (Kebiasaan)
  • Inquiry (Pencarian Informasi)
  • New ideas and creativity (Ide-ide Baru dan Kreatifitas)
  • Knowing how you think (Mengetahui apa yang anda pikirkan) 
Semua materi yang ada di atas, di kutip dari PPT Pembelajaran yang diberikan oleh dosen.