Selasa, 23 September 2014

Kesesatan (Fallacia) & Silogisme (Pertemuan kelima)

KESESATAN
Definisi = Kesalahan pemikiran dalam logika, bukan kesalahan fakta, tetapi kesalahan atas kesimpulan karena penalaran yang tidak sehat. 
Kesalahan fakta: P residen AS Barack Obama lahir di Indonesia. Ahmad lahir dengan bintang gemini, maka hidupnya penuh dengan persoalan. 
Kesalahan Penalaran -> Klasifikasi = Kesesatan formal dan Kesesatan informal.
  • Kesesatan formal : pelanggaran terhadap kaidah logika. 
  • Kesesatan informal : menyangkut kesesatan dalam bahasa.
1. Amfiboli = Kesesatan karena struktur kalimat bercabang. Misalnya : Anto Anak Bu Lasma yang hilang ingatan lari dari rumah.
2. Aksen / Prosodi = Kesesatan karena penekanan yang salah dalam pembicaraan. Misalnya : Ada aturan "Anda tidak boleh ganggu anak tetangga", Nah Pak Budi bukan tetangga anda. Maka anda boleh menganggu. 
3. Kesesatan bentuk pembicaraan = Sesat krn org menyimpulkan kesamaan konstruksi juga berlaku bagi yang lain. Misalnya :  Berpakaian artinya memakai pakaian. Bersepeda artinya memakai sepeda. Maka, beristeri artinya memakai isteri.

4. Aksiden: Yang aksidental dikacaukan dg hal yang hakiki. Misalnya :  Sawo matang adalah warna. Org Indonesia itu sawo matang. Maka, Org Indonesia itu adalah warna. 
5. Kesesatan krn alasan yg salah: Konklusi ditarik dr premis yg tak relevan.
 
Kesesatan Presumsi

Generalisasi tergesa-gesa: Orang Padang pandai memasak.
1. Non sequitur (belum tentu) = Memang saya tidak lulus karena beberapa hari yang lalu saya berdebat denga dosen tersebut.
2. Analogi palsu = Membuat isteri bahagia seperti membuat hewan piaraan bahagia dengan membelai kepalanya dan memberi banyak makan.
3. Penalaran melingkar (Petitio Principii) =  Manusia merdeka krn ia bertanggungjawab dan ia bertanggungjawab krn ia merdeka.
4. Deduksi cacat = Barangsiapa sering memberi sumbangan, maka dia pasti org baik. Andi pasti orang baik.
5. Pikiran simplistik = Karena ia tidak beragama, maka ia pasti tidak bermoral.

Menghindari Persoalan
Ø  Argumentum ad hominem :  Jangan percaya omongannya krn ia bekas narapidana.
Ø  Argumentum ad populum :  Anda lihat banyak ketidakadilan dan korupsi, maka Partai Nasdem adalah partai masa depan kita

Ø  Argumentum ad misericordiam :  Seorang terdakwa meminta keringanan hukuman karena mengaku punya banyak tanggungan. 

Ø  Argumentum ad baculum :  Karena beda pendapat, suka meneror orang lain.

Ø  Argumentum ad auctoritatem :  Mengutip pendapat Freud mengenai psikoanalisa.

Ø  Argumentum ad ignorantiam :  Bila tidak bisa dibuktikan bahwa Tuhan itu ada, maka Tuhan tidak ada.

Ø  Argumen utk keuntungan seseorang :  Seorang pengusaha berjanji mau membiayai kuliah, bila mahasiswi mau dijadikan isteri.

Ø  Non causa pro causa :  Orang sakit perut setelah menghapus sms berantai, maka dia menganggap itu sebagai penyebabnya.

Kesesatan Retoris
a)      Eufemisme/disfemisme : Pembangkang yang dianggap benar disebut reformator. Bila tidak disenangai maka disebut anggota pemberontak.

b)      Penjelasan retorik: Dia tidak lulus karena tidak teliti mengerjakan  soal.

c)       Stereotipe : Orang Jawa penyabar. Orang Batak suka menyanyi.

d)      Innuendo : Saya tidak mengatakan makanan tidak enak, tapi mau mengatakan lukisan itu bagus.

e)      Loading question : Apakah Anda masih tetap merokok?

f)       Weaseler : Tiga dari empat dokter menyarankan bahwa minum itu memperlancar pencernaan.

g)      Downplay : Jangan anggap serius omongannya karena dia hanya buruh bangunan.

h)      Lelucon/sindiran

i)        Hiperbola : membesarbesarkan.

j)        Pengandaian bukti : studi menunjukkan.

k)      Dilema semu : Tamu yg menolak kopi, langsung disuguhi sirup.

SILOGISME


Silogisme = suatu simpulan dimana dari dua putusan (premis2) disimpulkan suatu putusan yg baru. Prinsip: bila premis benar, maka simpulannya benar.
Dua macam silogisme: Silogisme Kategoris dan Silogisme Hipotetis.

SILOGISME KATEGORIS
Arti : silogisme yg premis dan simpulannya adalah putusan kategoris (pernyataan tanpa syarat).
Contoh: M – P  Perbuatan jahat itu haram.
             S – M Menghina itu adalah perbuatan jahat.
             S – P  Maka, menghina itu haram.
 = Bila penalaran baik, silogisme memperlihatkan alasan dan dasarnya.
       Silogisme kategoris tunggal : Mempunyai dua premis, terdiri atas 3 term S, P, M.
       Bentuk-bentuk silogisme kategoris tunggal:
-          M adalah S dalam premis mayor dan P dalam permis minor. Aturan : Premis minor harus sebagai penegasan, sedang premis mayor bersifat umum.
Misalnya :  M – P Setiap manusia dpt mati (mayor) 
                  S – M Aristoteles adalah manusia (minor) 
                  S – P Jadi, Aristoteles dpt mati (simpulan)
-          M jadi P dalam premis mayor dan minor. Aturan :  Salah satu premis harus negatif. Premis mayor bersifat umum.
Misalnya : P – M Lingkaran adalah bentuk bundar (mayor)
    S – M Segitiga bukan bentuk bundar (minor)
    S – P Segitiga bukan lingkaran (simpulan)
-          M menjadi S dalam premis mayor dan minor. Aturan : Premis minor harus berupa penegasan  dan simpulannya bersifat partikular.
Misalnya : M-P Mahasiswa itu org dg tugas belajar (Mayor)
                M-S Ada mahasiswa yg org bodoh (minor)
                S-P Jadi, sebagian org bodoh itu org dg tugas belajar (Simpulan)

-          M adalah P dlm premis mayor dan S dlm premis minor. Aturan: premis minor hrs berupa penegasan, sedangkan  Simpulan bersifat partikular.

Misalnya : P – M Influenza itu penyakit (mayor)
                            M- S Semua penyakit mengganggu kesehatan (minor)
                            S-P  Jadi, sebagian yg mengganggu kesehatan itu influenza (simpulan)

SILOGISME  KATEGORIS MAJEMUK
       Arti : bentuk silogisme yang premis-premisnya sangat lengkap, lebih dari tiga premis. Jenis-jenisnya:

a. Epicherema: silogisme yg salah satu/kedua premisnya disertai alasan.
Contoh : Semua arloji bermutu adalah arloji mahal, krn sukar pembuatannya.
                Arloji Mido itu adalah arloji baik, krn selalu tepat dan awet.
                 Jadi, arloji Mido adalah arloji mahal.

b. Enthymema : Silogisme yang dalam penalarannya tidak mengemukakan semua premis secara eksplisit. Salah satu premis/simpulannya dilampaui, disebut juga silogisme yang disingkat. Misalnya: Jiwa manusia adalah rohani. Jadi, tidak akan mati (versi singkat).
Contoh : Versi lengkap: Yg rohani itu tdk akan dpt mati.
              Jiwa manusia adalah rohani.
              Maka, jiwa manusia tdk akan dpt mati.

c. Polisilogisme: Deretan silogisme dimana simpulan silogisme yang satu menjadi premis untuk silogisme yang lainnya.
Contoh : Seseorg yg menginginkan lebih dr yg dimiliki, merasa tdk puas. Seorang yang rakus adalah seseorg yg menginginkan lebih dr yg dimiliki. Jadi, seorg yg rakus merasa tdk puas.
Seorg yg kikir merasa tdk puas. Budi adalah seorg yg kikir.
Jadi, Budi merasa tidak puas.
d. Sorites : Silogisme yang premisnya lebih dari dua. Putusan-putusan itu dihubungkan satu sama lain sedemikian, sehingga predikat dari putusan yang satu jadi subjek putusan berikutnya.
Orang yg tidak mengendalikan keinginannya, menginginkan seribu satu barang.
Org yg menginginkan seribu satu barang, banyak sekali kebutuhannya. Org yg banyak sekali kebutuhannya, tdk tenteram hatinya. Jadi org yg tdk mengendalikan keinginannya, tdk tenteram hatinnya.
 
Hukum Silogisme Kategoris (tentang isi dan luas S dan P)

A. Silogisme tidak boleh mengandung lebih dari tiga term (S, M, P). Kurang dari tiga berarti tidak ada silogisme. Lebih dari tiga term artinya tidak ada perbandingan. Ketiga term tetap sama artinya. Dalam silogisme S dan P disatukan oleh perbandingan masing2 dengan M.

B. M tidak boleh masuk dalam kesimpulan, karena M berfungsi mengadakan perbandingan dengan term-term.

C. Term S dan P dalam simpulan tidak boleh lebih luas dari premis-premisnya. Jika S dan P dalam premis partikular, maka dalam simpulan tidak boleh universal. Bila dilanggar akan terjadi latius hos (menarik simpulan yang terlalu luas). Misalnya: Semua lingkaran bulat. Nah, semua lingkaran itu gambar. Maka, Semua gambar itu bulat. (Simpulan salah, mengapa? Bagaimana yang benar?)

 

4 komentar: