Kompleksitas Pengetahuan Manusia
Pengetahuan merupakan nilai bagi makhluk yang mempunyainya dan merupakan suatu kekayaan dan kesempurnaan.
Pengetahuan kita adalah sekaligus inderawi dan intelektif.
Ia dikatakan inderawi lahir atau luar kalau ia mencapai secara langsung kenyataan yang mengelilingi kita dan dinamakan indrawi batin ketika ia memperlihatkan pada kita apa yang tidak ada lagi atau yang belum pernah ada maupun yang terdapat di luar jangkauan kita.
-Pengetahuan adalah perseptif ketika ia muncul secara spontan, memungkinkan kita untuk menyesuaikan diri kita secara langsung dengan situasi yang ada.
-Pengetahuan adalah reflektif ketika ia membuat objektif kodrat dari manusia realitas
-Pengetahuan adalah reflektif ketika ia membuat objektif kodrat dari manusia realitas
apa pun juga, dan mengungkapkannya baik dalam bentuk ide, konsep, definisi dan putusan maupun bentuk lambang, mitos atau karya seni.
-Pengetahuan adalah diskursif ketika ia memperhatikan suatu objek dari benda, kemudian suatu aspek yang lain, pergi dan datang dari keseluruhan bagian-bagiannya.
-Pengetahuan adalah induitif ketika ia menangkap atau memahami secara langsung benda atau situasi dalam salah satu aspeknya. Berintiusi biasanya berarti melompat dari suatu unsure atau tanda langsung ke kesimpulan. Langkah-langkah yang harus dilewati berkat refleksi, deduksi dan analisis, antara titik tolak suatu maslah dan pemecahannya, dilompati.
-Pengetahuan adalah diskursif ketika ia memperhatikan suatu objek dari benda, kemudian suatu aspek yang lain, pergi dan datang dari keseluruhan bagian-bagiannya.
-Pengetahuan adalah induitif ketika ia menangkap atau memahami secara langsung benda atau situasi dalam salah satu aspeknya. Berintiusi biasanya berarti melompat dari suatu unsure atau tanda langsung ke kesimpulan. Langkah-langkah yang harus dilewati berkat refleksi, deduksi dan analisis, antara titik tolak suatu maslah dan pemecahannya, dilompati.
-Pengetahuan adalah induktif ketika ia menarik yang universal dari yang individual. Ia adalah deduktif ketika, sebaliknya, ia menarik yang individual dari yang umum atau universal. Pengetahuan adalah kontemplatif ketika ia mempertimbangkan hal-hal dalam dirinya sendiri dan untuk dirinya sendiri. Pengetahuan adalah spekulatif ketika ia mempertibangkan hal-hal dalam ide-ide atau konsep-konsep tentang hal-hal itu.
-Pengetahuan adalah praktis kalau ia mempertimbangkan hal-hal tentang pengunaannya.
-Pengetahuan juga bersifat sinergis apabila ia menggunakan seluruh keadaan dari subjek (yang sedang mengetahui), keseluruhan yang dikoordinasikan dari anggota-anggotanya. Karena kompleksitas pengetahuan maka tidak baik kalau pengetahuan manusia direduksikan kepada salah satu caranya atau menekankan kepada salah satu caranya.
-Pengetahuan bagi subjek secara hakiki berupa bereksistensinya subjek dalam hubungan dengan sebuah objek, sehingga objek itu dengan eksistensi dan kodratnya, menjadi hadir dan nyata pada subjek.
-Pengetahuan adalah kegiatan yang menjadikan suatu realitas itu, bukan hanya kesadaran yang mengerti kehadiran atau keberadaan hubungan antara subjek dan objek saja.
Arti Pengetahuan
Arti pengetahuan adalah suatu kegiatan yang mempengaruhi subjek (yang mengetahui) dalam dirinya. Pengetahuan adalah suatu ketentuan yang memperkaya dan mengembangkan eksistens. Mengetahui merupakan kegiatan yang menjadikan subjek berkomunikasi secara dinamis dengan eksistensi dan kondrat dari “ada” benda-benda. Pengetahuan dapat dikatakan pula relasional, membahas hubungan yang satu dengan sesuatu yang lain. Pengetahuan bias dikatakan pula trans-subjektif, menjadi kegiatan yang membuat orang keluar dari keterbatasan-keterbatasannya.
Andaikan Pengetahuan Dari Segi Subjek
pengetahuan yang mencampai kesempurnaan dikarakterisasikan oleh hal berikut:
Keterbukaan, dapat menjadi sadar akan eksistensi dan kodrat realitas.
Kemampuan menyambut, objek yang dikenal mempengaruhi eksistensi subjek sendiri dan tinggal dalam bentuk gambar, ingatan dan ide.
Interioritas, adanya tempat dalam si pengenal dalam dirinya, semakin banyak interioritas semakin banyak ia bisa ketahui.
Akar asal semua karakter itu adalah dimensi supramaterial (immaterialitas) si pengenal. Immaterialitas yang dinikmati suatu “pengada” merupakan akar dan ukuran dari pengetahuan yang dikuasainya.
2. Dari Segi Objek
Objek menjadi yang dikenal, dengan menyatakan dirinya pada salah satu pihak membuat kesan (atau mempengaruhi) subjek. Suatu realitas bisa mempengaruhi lainnya, hanya sejauh ia distruktur, ditentukan, sejauh ia mempunyai bentuk yang memberikan kepada fisionomi khasnya sehingga dapat dibedakan dari yang lain.
Apakah yang menyebabkan sesuatu menjadi diketahui, ialah bentuk atau esidosnya ataumorphe (Yunani) , species (Ltn), yang berarti aspek dri satu benda dan apa yang dibentuk oleh benda itu dan apa yang memberikan kepadanya dalam keadaan khas.
Bentuk dari suatu benda menunjukkan kepada kita orientasi, tujuan dan arti benda itu. Dari bentunya benda menerima baik “ada” maupun donamisme dari tujuan khas. Akibatnya mengerti bentuk dalam arti eidos (konsep, gagasan) suatu objek adalah juga menangkap orientasi dan signifikasi, adalah mengerti mengapa dan untuk apa dia dibuat.
Filosuf kontemporer : pengetahuan sebagai tangkapan arti atau signifikansi suatu keadaan, daripada tangkapan bentuknya, keduanya bersamaan saling melengakapi.
Watak kodrati pengetahuan manusia yang paling tinggi, yaitu pengetahuan intelektif, maka perlu dilengkapi dengan “manusia mengerti”.
Bukan Intelegensi Manusia
Pengetahuan manusia adalah sekaligus indrawi dan intelektif. Akulah yang berintelegensi dengan melihat dan yang melihat dengan intelegensi. . Pengetahuan inderawi dan pengetahuan intelektif bersifat sinergis, melebihi secara esensial. Dalam intelegensi, indra adalah penting karena keduanya saling mempengaruhi.
Manusia itu mampu mengenal segala hal bagi dan dalam dirinya dan bukan dalam hubungan dengan kebutuhan-kebutuhannya yang pribadi dan langsung. Ia berhasil menerangkan hal-hal itu dengan berbagai macam cara dan cara tak terbatas, mengikat tanda kepada tanda dan uraian kepada uraian lain.
Sifak khas dari pancaindera adalah mencapai langsung kualitas ini atau itu dari objek konkret yang sedang ditunjukkan kepadanya, sedangkan sifat dari intelegensi menangkap kodrat objek dan tetap menyimpanya dalam dirinya sehingga dapat dipertimbangkan objek itu bagi dirinya baik objeknya masih ada atau tidak ada.
Perbedaan intelegensi dengan indera batin lainnya disebut sebagai estimasi dan kogitatif.Menangkap sesuatu objek berguna atau merugikan, bila melihat objek itu dengan menangkap tanpa arti fundamental itulah yang dilakukan oleh binatang dan anak kecil,sedangkan menangkap arti fundamentalnya itulah karakteristik intelegensi manusia dewasa.
Inderawi batin adalah ingatan dan imajinasi (daya membayangkan), namun Pancaindera hanya mengambarkan segi-segi material dan konkret serta divisualisasikan.
Perbedaan radikal antara pengetahuan manusia inderawi dengan hewan dalam fakta structural, mengetahuan inderawi manusia lebih diilhami oleh intelegensi sebagai tujuan.
Binatang hanya mampu menerapkan symbol-simbol itu pada situasi-situasi yang mirip dengan situasi semula. Insight yang dapat dilihat seekor Kera sama sekali tergantung pada situasi di mana muncul masalah. Ilmu yang disebut psikologi binatang berbicara tentang practical intelligence yang berkatnya hewan dapat memecahkan beberapa masalah yang melampaui kemampuan naluruinya. Ia tak sampai pada tingkat intelegensi konseptual.
Apa yang Bukan Seluruh Intelegensi Manusia?
Intelegensi tidak bisa diidentikasikan dengan insight, yang terdiri dari apersepsiatau aprehensi tentang apa yang esensial dalam suatu realitas atau yang perlu dalam gejala. Insight bukanlah merupakan keseluruhan kegiatan intelektual. Semua hal itu harus dibuktikan dan diverifikasikan melalui jalan penalaran atau refleksi.
Intelegensi bukan direduksi dengan kecakapan mengukur dan menghitung, intelegensi dan lawan intuisi, dalam arti suatu partisipasi dengan intim makhluk-makhluk, sesungguhnya intelegensi manusia meliputi integensi dan intuisi. Intelegensi tidak dapatdiidentifikasi secara mutlak dengan kemampuan untuk memulihkan keseimbangannya melalui readaptasi diri dengan kenyataan, sebagai warisan bagi semua makhluk hidup dan dimiliki secara maksimal.
Sifat dan Objek Intelegensi Manusia
Intelligere berasal dari kata “intus” berarti dalam. Legere berarti membaca dan menangkap. Sehingga intellegere berarti “membaca “ dimensi dalam segala hal dan menangkap artinya yang dalam. Insight yaitu mengenal sebagai cirri khas dari intelegensi. Menjadi inteligen sesungguhnya berarti menangkap apa yang fundamental pada jenis yang ini atau macam “ada” yang itu (mesin, makhluk hidup, binatang, manusia), berarti menangkap apa yang esensial dari suatu gejala (dari gerhana, daya sentrifugal, pasang surut), melihat apa yang hakiki dalam kegiatan ini atau itu (menahan, mengurangi, mengalihkan dan membagi).-Pengetahuan juga bersifat sinergis apabila ia menggunakan seluruh keadaan dari subjek (yang sedang mengetahui), keseluruhan yang dikoordinasikan dari anggota-anggotanya. Karena kompleksitas pengetahuan maka tidak baik kalau pengetahuan manusia direduksikan kepada salah satu caranya atau menekankan kepada salah satu caranya.
-Pengetahuan bagi subjek secara hakiki berupa bereksistensinya subjek dalam hubungan dengan sebuah objek, sehingga objek itu dengan eksistensi dan kodratnya, menjadi hadir dan nyata pada subjek.
-Pengetahuan adalah kegiatan yang menjadikan suatu realitas itu, bukan hanya kesadaran yang mengerti kehadiran atau keberadaan hubungan antara subjek dan objek saja.
Arti Pengetahuan
Arti pengetahuan adalah suatu kegiatan yang mempengaruhi subjek (yang mengetahui) dalam dirinya. Pengetahuan adalah suatu ketentuan yang memperkaya dan mengembangkan eksistens. Mengetahui merupakan kegiatan yang menjadikan subjek berkomunikasi secara dinamis dengan eksistensi dan kondrat dari “ada” benda-benda. Pengetahuan dapat dikatakan pula relasional, membahas hubungan yang satu dengan sesuatu yang lain. Pengetahuan bias dikatakan pula trans-subjektif, menjadi kegiatan yang membuat orang keluar dari keterbatasan-keterbatasannya.
Andaikan Pengetahuan Dari Segi Subjek
pengetahuan yang mencampai kesempurnaan dikarakterisasikan oleh hal berikut:
Keterbukaan, dapat menjadi sadar akan eksistensi dan kodrat realitas.
Kemampuan menyambut, objek yang dikenal mempengaruhi eksistensi subjek sendiri dan tinggal dalam bentuk gambar, ingatan dan ide.
Interioritas, adanya tempat dalam si pengenal dalam dirinya, semakin banyak interioritas semakin banyak ia bisa ketahui.
Akar asal semua karakter itu adalah dimensi supramaterial (immaterialitas) si pengenal. Immaterialitas yang dinikmati suatu “pengada” merupakan akar dan ukuran dari pengetahuan yang dikuasainya.
2. Dari Segi Objek
Objek menjadi yang dikenal, dengan menyatakan dirinya pada salah satu pihak membuat kesan (atau mempengaruhi) subjek. Suatu realitas bisa mempengaruhi lainnya, hanya sejauh ia distruktur, ditentukan, sejauh ia mempunyai bentuk yang memberikan kepada fisionomi khasnya sehingga dapat dibedakan dari yang lain.
Apakah yang menyebabkan sesuatu menjadi diketahui, ialah bentuk atau esidosnya ataumorphe (Yunani) , species (Ltn), yang berarti aspek dri satu benda dan apa yang dibentuk oleh benda itu dan apa yang memberikan kepadanya dalam keadaan khas.
Bentuk dari suatu benda menunjukkan kepada kita orientasi, tujuan dan arti benda itu. Dari bentunya benda menerima baik “ada” maupun donamisme dari tujuan khas. Akibatnya mengerti bentuk dalam arti eidos (konsep, gagasan) suatu objek adalah juga menangkap orientasi dan signifikasi, adalah mengerti mengapa dan untuk apa dia dibuat.
Filosuf kontemporer : pengetahuan sebagai tangkapan arti atau signifikansi suatu keadaan, daripada tangkapan bentuknya, keduanya bersamaan saling melengakapi.
Watak kodrati pengetahuan manusia yang paling tinggi, yaitu pengetahuan intelektif, maka perlu dilengkapi dengan “manusia mengerti”.
Bukan Intelegensi Manusia
Pengetahuan manusia adalah sekaligus indrawi dan intelektif. Akulah yang berintelegensi dengan melihat dan yang melihat dengan intelegensi. . Pengetahuan inderawi dan pengetahuan intelektif bersifat sinergis, melebihi secara esensial. Dalam intelegensi, indra adalah penting karena keduanya saling mempengaruhi.
Manusia itu mampu mengenal segala hal bagi dan dalam dirinya dan bukan dalam hubungan dengan kebutuhan-kebutuhannya yang pribadi dan langsung. Ia berhasil menerangkan hal-hal itu dengan berbagai macam cara dan cara tak terbatas, mengikat tanda kepada tanda dan uraian kepada uraian lain.
Sifak khas dari pancaindera adalah mencapai langsung kualitas ini atau itu dari objek konkret yang sedang ditunjukkan kepadanya, sedangkan sifat dari intelegensi menangkap kodrat objek dan tetap menyimpanya dalam dirinya sehingga dapat dipertimbangkan objek itu bagi dirinya baik objeknya masih ada atau tidak ada.
Perbedaan intelegensi dengan indera batin lainnya disebut sebagai estimasi dan kogitatif.Menangkap sesuatu objek berguna atau merugikan, bila melihat objek itu dengan menangkap tanpa arti fundamental itulah yang dilakukan oleh binatang dan anak kecil,sedangkan menangkap arti fundamentalnya itulah karakteristik intelegensi manusia dewasa.
Inderawi batin adalah ingatan dan imajinasi (daya membayangkan), namun Pancaindera hanya mengambarkan segi-segi material dan konkret serta divisualisasikan.
Perbedaan radikal antara pengetahuan manusia inderawi dengan hewan dalam fakta structural, mengetahuan inderawi manusia lebih diilhami oleh intelegensi sebagai tujuan.
Binatang hanya mampu menerapkan symbol-simbol itu pada situasi-situasi yang mirip dengan situasi semula. Insight yang dapat dilihat seekor Kera sama sekali tergantung pada situasi di mana muncul masalah. Ilmu yang disebut psikologi binatang berbicara tentang practical intelligence yang berkatnya hewan dapat memecahkan beberapa masalah yang melampaui kemampuan naluruinya. Ia tak sampai pada tingkat intelegensi konseptual.
Apa yang Bukan Seluruh Intelegensi Manusia?
Intelegensi tidak bisa diidentikasikan dengan insight, yang terdiri dari apersepsiatau aprehensi tentang apa yang esensial dalam suatu realitas atau yang perlu dalam gejala. Insight bukanlah merupakan keseluruhan kegiatan intelektual. Semua hal itu harus dibuktikan dan diverifikasikan melalui jalan penalaran atau refleksi.
Intelegensi bukan direduksi dengan kecakapan mengukur dan menghitung, intelegensi dan lawan intuisi, dalam arti suatu partisipasi dengan intim makhluk-makhluk, sesungguhnya intelegensi manusia meliputi integensi dan intuisi. Intelegensi tidak dapatdiidentifikasi secara mutlak dengan kemampuan untuk memulihkan keseimbangannya melalui readaptasi diri dengan kenyataan, sebagai warisan bagi semua makhluk hidup dan dimiliki secara maksimal.
Sifat dan Objek Intelegensi Manusia
Menurut Decartes bahwa roh justru memungkin untuk mencapai hakiakt sendiri dari realitas, sedangkan panca indera hanya memberitahukan kepada kita yang apa yang berguna atau apa yang merugikan dari hal-hal tersebut.
Menurut Psikologi kontemporer yang tidak memtentangkan intelegensi dengan pancaindera, tetapi membandingkan intelegensi orang dewasa dengan intelegensi anak, intelegensi orang dewasa dapat dikenal dengan objeknya, sedangkan intelegensi anak bersifat egosentris.
Intelek itu mencapai yang universal sedangkan pncaindera menyangkut hal-hal yang individual (Aristoteles).
Intelegensi manusia dewasa terletak pada objektivitasnya, orang dapat melihat hal-hak yang dalam pada dirinya sendiri. Tapi intelegensi bukan sekedar bersifat objektif. Intelegensi dapat mengenal hal-hal sebagaimana mereka ada dalam diri mereka sendiri, karena ia mencapai mereka secra mendalam.
Intelegensi manusia bersifat objektif, mendalam, terstruktur juga mempunyai objek khas dari intelegensi manusia dewasa yang bersifat tak terbatas.
Objek dari intelegensi ialah “ada” yakni segala sesuatu ada, yang pernah ada dan mungkin akan ada baik berupaka kenyataan maupun khalayan atau hanya dikonsepsi saja.
Menurut Psikologi kontemporer yang tidak memtentangkan intelegensi dengan pancaindera, tetapi membandingkan intelegensi orang dewasa dengan intelegensi anak, intelegensi orang dewasa dapat dikenal dengan objeknya, sedangkan intelegensi anak bersifat egosentris.
Intelek itu mencapai yang universal sedangkan pncaindera menyangkut hal-hal yang individual (Aristoteles).
Intelegensi manusia dewasa terletak pada objektivitasnya, orang dapat melihat hal-hak yang dalam pada dirinya sendiri. Tapi intelegensi bukan sekedar bersifat objektif. Intelegensi dapat mengenal hal-hal sebagaimana mereka ada dalam diri mereka sendiri, karena ia mencapai mereka secra mendalam.
Intelegensi manusia bersifat objektif, mendalam, terstruktur juga mempunyai objek khas dari intelegensi manusia dewasa yang bersifat tak terbatas.
Objek dari intelegensi ialah “ada” yakni segala sesuatu ada, yang pernah ada dan mungkin akan ada baik berupaka kenyataan maupun khalayan atau hanya dikonsepsi saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar